Sebuah pertanyaan yang sulit bukan. Coba kau pikirkan dirimu
dalam ketakutan, bisakah kau menjadi dirimu yang pemberani ? atau pikirkan
dirimu dalam emosi yang sangat menggebu-gebu dan penuh dengan gairah, bisakah
kau menjadi dirimu yang pemalu, lesu dan sebagainya. Atau dengan kata lain
bisakah kau jadi dirimu yang sebaliknya dalam kondisi yang sebenarnya.
Aku , pada dasarnya sudah hampir merusak saraf kenormalan
otakku. Bayangkan saja saat kau harus ketakutan, dihadapanmu ada seorang bapak
tua yang membawa parang mendatangimu di tengah malam karena kau sedang
memainkan video game kesayanganmu dengan suara yang sangat keras. Kau tersenyum
ketakutan dan meminta maaf, dengan lekas mematikan video game mu. Pertanyaanku
mengapa aku tersenyum ? saat itu aku tidak sedang mabuk, dan bahkan aku belum
menjadi seorang peminum. Jadi saat itu aku ketakutan dengan senyum diwajahku.
Aku tahu tanganku terasa dingin, dan tubuhku siap melompat apabila parangnya terbang
kearahku, tapi untuk beberapa lama aku tersadar dan mulai merubah wajahku
kewujud yang seharusnya.
Hal yang sulit untuk diriku terima adalah kebiasaan menjadi
sebaliknya. Entah sejak kapan ini dimulai, tapi ini menjadi masalah yang sangat
besar. Terkadang kau lapar dan kau ingat ini hari dimana kau harus diet.
Sebagai seorang yang sedang menjalankan diet puasa, aku harus punya komitmen
dalam diriku. “AKU BERJANJI AKAN MENJADI KURUS DALAM 1 MINGGU”, dan semua itu
hanyalah omong kosong. Karena ketika berat badanku ternyata sudah turun hanya
dalam waktu 3 hari, di 4 hari kemudian aku rasa komitmen itu bias dilonggarkan
sedikit. Hm…. Dan 1 minggu berakhir tanpa pengurangan sedikitpun, meskipun ada
kebanggan dalam hatiku untuk 3 hari pertama. Tapi tetap saja diriku ini rasanya
seperti “Omong Kosong”.
Mungkin kesalahanku dimulai ketika
aku mulai memahami sesuatu dengan cara yang berbeda. Seperti ketika masa-masa alay dimana aku galau karena cinta. Atau
saat aku kesepian. Yah, semua itu perasaan yang terlalu berlebihan, dan aku
sadar itu adalah bom atom yang menghancurkan otakku sampai sekarang. Bicara
tentang perasaan, mungkin sesuatu yang berbanding terbalik dengan dirimu,
maksudku otakmu atau maksudku otakku. Terkadang diriku yang gentlemen bisa jadi feminine karena
perasaan. Dan hal terburuk dari diriku adalah benci untuk tidak gentle. Pada dasarnya bukan salah otakku
ketika perasaan mempengaruhi, tapi akan lebih memalukan jika perasaan
menjadikan otakku tidak seperti gentlemen.
Ini buruk, mungkin terlalu banyak bicara tentang diriku
adalah karakter dari perasaanku. Sungguh ! menulis kondisimu dalam beberapa
paragraph untuk menunjukan beberapa masalah dalam dirimu rasanya seperti wanita
yang merengek didepan sahabatnya karena sesuatu yang disebut “cinta”, sangat
berbau perasaan. Tapi jika aku tak menulis hal ini dalam beberapa kalimat yang
mungkin panjang, maka ini akan menjadi permasalahan bagi otakku yang berharap
jadi gentle tapi kalah dengan
perasaan malas untuk berubah. Hahaha….
Baiklah, setelah aku mencoba memahami
diriku lebih dalam. Akhirnya aku menemukan dua hal yang menjadikan
beberapa masalah dalam hidupku, khususnya bagi otakku dan perasaanku, yaitu
otak dan perasaan. Maksudku pikiran dan perasaan. Ketika aku sebagai perasaan
adalah sesuatu yang cukup feminine namun
tetap gentle melakukan sesuatu yang
membosankan dan mungkin tak berharga, bisa jadi aku akan sangat terlihat lesu,
lemah, bahkan agak gemulai. Menjijikan memang untuk pikiranku, tapi apa daya pikiranku
adalah sesuatu yang maskulin, cuek, tegas walaupun sebenarnya “masa bodo”,
cukup perfectionist tapi jauh dari
kesempurnaan (karena kesempurnaan tanpa perasaan itu kaku).
Jadi untuk pertanyaan yang
sederhana itu, mungkin pikiranku mencoba mengkambing hitamkan perasaan untuk
menjelaskan siapa aku yang sebenarnya, padahal sesungguhnya aku adalah keduanya.
Petanyaan yang mulai aku sadari, mengapa aku tak mengkui keduanya sebagai satu
kesatuan ? (Boleh juga pemikiran itu). Jika aku katakana akulah keduanya maka
aku adalah orang ketiga dari pikiran dan perasaan. Ya ! Aku…. Aku, pikiran dan
perasaan. Aku rasa aku sudah terlalu berlebihan memikirkan tentang diriku untuk
menjadi diriku sendiri. Hahahaha…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar